Minggu, 21 Maret 2010

Beranda

APA ITU SMARTMATIKA

Smartmatika adalah metode berhitung termudah dan tercepat, "dengan tehnik bayangan".  Jika pada metode menghitung lainnya dibutuhkan waktu 3 bulan atau lebih untuk menguasai metode berhitung, maka di Smartmatika hanya dibutuhkan waktu yang sangat singkat. Strategi pembelajaran Smartmatika menerapkan prinsip kerja otak sinergis yang menjadikan matematika lebih mudah, cepat dan menyenangkan.
Manfaat belajar Smartmatika:
- Percaya diri.
- Kemampuan berkonsentrasi.
- Kemampuan akademik.
- Kemampuan mempelajari materi baru.
- Kemampuan sebagai tutor sebaya.
- Keinginan untuk terus berkembang.
- Sikap belajar yang bagus.
- Disiplin. 
Pengajaran Smartmatika membahas semua materi yang diajarkan di sekolah SD dan SMP, dan dilengkapi modul Smartmatika yang sesuai dengan kurikulum Kemendikbud. 


MENERAPKAN PRINSIP DAN CIRI KERJA OTAK MELALUI PENDEKATAN BELAJAR AKTIF
Sering kita dengar tentang kisah tragis orang-orang terkenal yang dianggap bodoh waktu masih bersekolah. Winston Churchill, pemimpin dan orator abad ke-20 yang brilyan, tampak bodoh waktu masih kecil. Dia mendapat nilai buruk di sekolah. Dia juga gagap jika berbicara. Sampai-sampai ayahnya berpikir, bahwa bila dewasa ia tidak akan dapat hidup di Inggris.
Bethoven diremehkan gurunya karena tidak bisa melakukan perkalian dan pembagian. Charles Darwin, pendekar teori evolusi, berprestasi amat buruk di sekolah. Ayahnya pernah mengatakan, ia hanya memalukan keluarga. Rapor Stephen Hawking, astronom penemu lubang hitam (black hole), yang dipandang sebagai penerus Einstein dan masih hidup di Cambridge, Inggris sekarang, pada saat menerima rapor banyak nilai merah waktu di SMA. Ayahnya amat frustrasi. G.E.Chesterton, penulis kenamaan, tidak dapat membaca sampai kelas 3. Seorang gurunya pernah mengatakan kepada anak berbadan gemuk ini: “Jika saja kami dapat membelah kepalamu, mungkin kami tak akan menemukan otak di sana, kecuali segumpal lemak putih.” Emile Zola, sastrawan besar, mendapat nilai nol dalam ujian akhir sastra. Presiden AS Woodrow Wilson bahkan belum bisa membaca sampai berusia 11 tahun.
Guru Thomas Alpha Edison, penemu listrik, menyebutnya anak dungu. Bahkan, seorang guru memukulnya karena menganggapnya suka “bingung” dan mengajukan terlalu banyak pertanyaan. Pernah orang tua Albert Einstein amat cemas terhadap prestasi sekolahnya yang sangat rendah. Nilai yang baik hanya untuk pelajaran Matematika. Namun, pada awal SMA malah gagal dalam pelajaran ini. Ia suka melamun. Suatu saat gurunya memintanya berhenti sekolah: “Albert, kamu bodoh sekali. Kelak, kamu tak bakalan jadi orang.”
Lihatlah, betapa keliru penilaian guru dan orang tua terhadap potensi anak. Kazuo Murakami membuktikan, setiap orang memiliki gen-gen positif yang 90-95% di antaranya tertidur. Gen-gen itu tetap tertidur karena stimulasi yang diberikan tidak cocok dengan gaya belajarnya. Para tokoh itu telah mengukir namanya yang abadi dalam sejarah. (Frank Michalic, 2005 & Barbara Prashnig, 2007).
Gejala seperti cerita ini terjadi antara lain karena potensi kreatif tokoh-tokoh ini waktu bersekolah tidak didukung sistem kurikulum dan praksisnya, pola mengajar guru, dan sistem penilaian. Ekspektasi (harapan) guru dan pola perlakuan guru kepada siswa cenderung menghambat kemajuan belajar siswa. Demikian pula, ekspektasi (harapan) kalangan orang tua tertentu dan pola perlakuan mereka kepada anaknya cenderung menghambat kemajuan belajar anak.

Gaya Belajar Siswa Amat Mempengaruhi Kemajuan Belajarnya
Siswa yang dominan menggunakan otak kiri tergolong tipe gaya belajar analitis, sedangkan otak kanan tipe holistik. Siswa yang dominan menggunakan otak kiri tergolong tipe gaya belajar auditori atau visual, sedangkan otak kanan tipe taktil atau kinestetik. Siswa yang dominan menggunakan otak kiri cenderung kurang suka bergerak (kurang mobile), kurang suka menggunakan indra pengecapan & penciuman, dan suka pengaturan waktu yang ketat. Sedangkan, yang otak kanan suka bergerak (mobile), suka menggunakan indra pengecapan & penciuman, dan tak suka jadwal yang ketat.
Ketika sedang belajar, siswa yang dominan menggunakan otak kiri cenderung menyukai suasana sepi, dengan pencahayaan yang terang, dan lingkungan tempat belajar yang teratur-rapi. Sedangkan, yang otak kanan menyukai suasana ribut, bunyi musik, pencahayaan yang redup, dan lingkungan tempat belajar yang tidak formal, bisa sambil duduk atau berbaring di lantai. Ada siswa yang senang suhu udara agak panas, tapi ada yang sejuk atau dingin. Ada siswa yang senang dan ada yang tak senang ”ngemil” dan minum waktu belajar. Ketika sedang belajar, siswa yang dominan menggunakan otak kiri cenderung suka sendirian, senang berpartisipasi dalam diskusi, dan menghargai otoritas (guru yang berkuasa). Sedangkan, yang otak kanan suka belajar berpasangan dan dengan teman sebaya, dalam tim, senang mengobrol dan bersosialisasi, tidak bisa duduk diam, tak suka berkompromi, dan tampak menjauhi guru.
Siswa yang dominan menggunakan otak kiri tampak mampu memotivasi diri, tekun, amat bertanggung jawab, mudah beradaptasi (menyesuaikan diri), suka struktur yang teratur, dan
kurang senang variasi. Sedangkan, yang otak kanan cenderung mengikuti dorongan hati (impulsif), bermotivasi rendah, kurang tekun, asal jalan, kurang suka berkompromi, tak suka struktur yang teratur, dan senang variasi. Jika cara mengajar guru kurang meresponsi gaya belajar siswa yang berbeda itu, prestasi belajar siswa tak akan maksimal. Bahkan, banyak siswa yang mengalami kemunduran dan merasa gagal dalam belajar.

Prinsip Kerja Otak dan Pendekatan Belajar Aktif
Apa saja prinsip kerja otak dan bagaimana pendekatan belajar aktif menanggapi prinsip kerja otak?
1. Prinsip Keberhasilan
Bayi, anak, siswa, dan Anda adalah sebuah mekanisme keberhasilan. Tiap individu dilahirkan untuk sukses, bukan untuk gagal. Kita sudah didesain untuk sukses, bukan untuk gagal. Otak kita tidak dirancang untuk melakukan trial and error, mencoba dan membuat kesalahan. Tiap individu yang telah dilahirkan mungkin telah mencoba, mencoba, mencoba, dan membawa kita kepada kesalahan, kesalahan, kesalahan, kesalahan, kesalahan, kesalahan, kesalahan, kesalahan, kesalahan, tetapi dalam beberapa menit saja semua hal ini akan telah berlalu! Sebenarnya, kita mencoba, mencoba, dan mencoba, dan hasilnya adalah keberhasilan, keberhasilan, keberhasilan, keberhasilan, keberhasilan, keberhasilan, keberhasilan, keberhasilan, keberhasilan, keberhasilan, keberhasilan, keberhasilan, keberhasilan, dan kemudian kesalahan! Periksa! Sesuaikan! Berhasil! Coba lagi! Dengan demikian, otak individu adalah sebuah mekanisme trial and success (coba dan berhasil)!
2. Prinsip Meniru
Bayi adalah mesin ”fotokopi” terhebat yang pernah tercipta, mengalahkan mesin duplikator terhebat di dunia. Anak meniru segala sesuatu, termasuk bahasa, gerakan, kakak perempuan atau laki-laki, hewan, bunyi mesin, beragam suara alam, teman, guru, dan orang tua. Mereka melakukannya dengan amat objektif, tepat, dan teliti. Orang dewasa, bahkan manusia lansia juga masih belajar melalui meniru.
Meniru adalah salah satu cara terbaik untuk belajar. Aktivitas meniru yang terbaik adalah menambahkan tafsiran atau interpretasi sendiri kepada hal yang ditiru. Dengan demikian, bisa timbul pengembangan dari meniru, lahir sesuatu tambahan baru yang menunjukkan kreativitas.
3. Prinsip Sinergi
Otak bayi, otak kita itu sinergis, berkesinambungan. Gambaran: 1+1=2+ Dalam sistem ini, ”2+” bisa sama dengan 3,5,224, beberapa juta, atau tak terbatas. Karena itu, otak manusia memiliki potensi yang tak terbatas.
Sejak bayi sampai lansia, individu dapat terus membangun secara positif spiral pemikiran dan belajar yang sinergis sepanjang hayat. Memori dan kreativitas terus bertumbuh dan berkembang.
Formula mentalnya adalah:
Semakin baik Anda melakukan X, semakin lebih mudah jadinya untuk melakukan X. Jadi jika semakin baik Anda mencipta, semakin mudah kreativitas muncul. Semakin baik Anda menulis, semakin mudah Anda menulis di waktu mendatang.
Jika semakin baik Anda mencipta, semakin mudah kreativitas muncul. Semakin baik Anda menulis, semakin mudah Anda menulis di waktu mendatang. Semakin baik Anda berhitung, semakin mudah Anda berhitung selanjutnya.
Ketika individu membangun struktur berpikir sinergisnya, dia akan bertambah unik, tak akan sama dengan siapa pun yang telah, kini, dan akan hidup di bumi ini.
4. TECFAS
Otak bayi dan otak Anda bekerja berdasarkan prinsip TECFAS, yang akan dipakai bayi dan Anda sendiri sepanjang hayat.
Bayi, anak, siswa dan siswa, dengan kata lain individu pertama-tama melakukan berbagai percobaan (trial) yang mungkin juga mengandung risiko bahaya karena tiap individu sudah dirancang sebagai pengambil risiko, maka terjadilah peristiwa (event). Setelah terjadi peristiwa, individu mendapatkan umpan balik (feedback) dari peristiwa itu. Kemudian, ia mengecek (check) umpan balik yang diperoleh, lalu membuat penyesuaian (adjust). Penyesuaian ini membawa keberhasilan (succeed) bagi individu. Setelah menyelesaikan proses TECFAS - mungkin berlangsung dalam hitungan detik, menit, atau beberapa hari – individu akan segera akan memulai lagi dengan melakukan percobaan (trial) berikutnya, untuk meraih keberhasilan berikutnya.
Anak harus didorong untuk berani mencoba, berani mengambil risiko, dan tidak takut merasa gagal dalam beragam aktivitas pendidikan, baik di sekolah, di keluarga, dan dalam komunitas tempat ia hidup.
5. Keuletan
Keuletan adalah kecerdasan yang vital, mesin belajar, pemikiran, dan kreativitas. Ia adalah huruf T (Try-al) dalam TEFCAS.
Thomas Alva Edison adalah simbol keuletan. Ia berkhayal untuk menjadikan “bumi terang pada malam hari”, menjadi terang selama 24 jam. Ia mencoba mengalirkan daya listrik melalui berbagai macam substansi, mencoba 5000 lebih eksperimen berbeda tanpa hasil. Ia harus tabah menahan kritik dan cemooh yang kian memuncak sampai keluarga dan para sahabatnya mempertimbangkan untuk mengirimnya ke rumah sakit jiwa. Dan pada percobaannya yang ke-10.000, tiba-tiba cahaya muncul. Edison berhasil! Dialah tokoh yang pernah mengatakan, “Genius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat.” (Genius is one percent inspiration and ninety-nine percent perspiration”).
Biografi tokoh-tokoh terkenal di berbagai bidang mengungkapkan, keuletan adalah kemampuan untuk bangkit ketika jatuh, komitmen yang tak dapat diganggu gugat untuk tetap berjuang mencapai tujuan tanpa peduli rintangan, karakteristik tunggal yang membuat orang menjadi pemimpin yang sukses.
6. Pemikiran Radial
Apa arti radial? Bayangkan radiasi nuklir dari uranium. Dari sepotong uranium, berpancaran gelombang-gelombang nuklir ke segala arah, tak putus-putusnya. Atau, bayangkan sebuah bolham listrik yang menyala yang memancarkan sinarnya ke segala arah. Otak bekerja seperti gelombang nuklir atau pancaran cahaya dari bolham lampu. Otak bekerja dengan cara multiordinasi radial (berkaitan dengan banyak hal/melakukan banyak asosiasi, menghubungkan satu hal dengan berbagai hal, antarberbagai hal dan berkembang tak terbatas).
Pada otak bayi, setiap peristiwa yang dialami menjadi pangkalan data untuk menyimpan gelombang dan arus informasi yang datang ke dalam otak polosnya melalui ke-5 indranya. Otak bayi mampu menyimpan berjuta-juta informasi dan tak akan penuh sepanjang hidupnya. Aktivitas otak ini berlanjut terus seumur hidup dengan sedikit penurunan kecepatan “memanggil” kembali data dan informasi yang tersimpan pada otak bagi manusia lansia.
7. Otak sebagai Mekanisme Pencari Kebenaran
Otak adalah mekanisme pencari kebenaran. Alasannya amat sederhana yakni untuk mempertahankan kelangsungan hidup individu. Jika bayi atau kita sendiri tidak tahu bahwa api bisa membakar, pisau bisa memotong jari, dan mobil bisa menabrak orang, berkuranglah kesempatan untuk mempertahankan hidup.
Ketika otak mengatakan kebenaran, tubuh menjadi lebih terbuka, semua indera bekerja lebih tajam dan kuat, dan stress benar-benar berkurang.
Karena itu, tidaklah mengherankan jika hampir semua tokoh jenius terkenal memandang tujuan hidup mereka sebagai “pencari kebenaran” baik dalam bidang ilmu, seni, filsafat, agama, teknologi. Tidak mengherankan jika banyak tokoh pahlawan, tokoh berjasa, tokoh suci, pemimpin negara dan masyarakat sering mengatakan, bahwa tujuan perjuangannya adalah mencari atau menegakkan kebenaran.

Kreativitas sebagai fokus pendekatan belajar aktif
Belajar aktif melibatkan penggunaan pancaindera. Namun, itu saja tidak cukup. Baik untuk memanfaatkan pancaindera maupun untuk melancarkan kinerja otak, pendekatan belajar aktif mempersyaratkan gerakan. Karena itu, tiada belajar aktif tanpa action siswa.
Hasil-hasil riset tentang otak pada akhirnya sampai kepada kesimpulan, bahwa kreativitas adalah entitas (ujud) yang mengkombinasikan dan mensinergikan kinerja belahan otak kiri dan kanan manusia. Karena itu, dalam penerapan pendekatan belajar aktif, kreativitas selalu menjadi fokus aplikasi. Berikut ini dikemukakan 4 prinsip kreativitas yang dilakukan Leonardo da Vinci sebagai tokoh brilyan yang mengoptimalkan potensi otaknya.

4 prinsip kreativitas Leonardo da Vinci:
1. Gunakan dan kembangkan panca indra!
2. Amati dan terapkan seni ilmu pengetahuan, misalnya seni dalam matematika, fisika, kimia, biologi, geografi, sosiologi, ekonomi, sejarah!
3. Pelajarilah dan gunakan beragam kesenian!
4. Buatlah asosiasi!
+ Wujudkan sesuatu yang tak biasa, tak normal, baru, tampil beda!
+ Libatkan corpus, gerak tubuh melalui aktivitas fisik, berbuat, bermain, menari, bersenam.
++ SIRAMILAH SEGALANYA DENGAN KASIH SAYANG!


Apa yang bisa dilakukan di sekolah?
1. Nikmati alam terbuka!
2. Kembangkan seni pada Matematika, IPA dan IPS!
3. Galakkan disain, sastra, drama, musik, seni lukis, pahat, tari!
4. Galakkan olahraga, kerja tangan dan doa!
5. Ciptakan humor, tersenyumlah!



Bagi anda yang berminat, hubungi kami.
Coba Smartmatika (Matematika Otak Sinergis), GRATIS.
SUKSES.